Menajamkan Kepekaan Mahasiswa terhadap Fenomena Sosial melalui Diskusi Panel Bertema Ketidakadilan Gender

Jakarta, 18/8/2022. Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Humas dan Komunikasi Digital menghadiri diskusi tentang kesetaraan gender yang diadakan di Bukalapak HQ, Lantai 22, Metropolitan Tower, Cilandak, Jakarta Selatan. Diskusi bertema “Ketidakadilan Gender di Ruang Publik dan Domestik” yang diselenggarakan oleh Bukalapak ini menghadirkan tiga pembicara utama, yakni Syafirah Hardani (Manajer Advokasi Indonesia Business Coalition for Women Empowerment), Gustika Jusuf-Hatta (Co-founder Girl, Peace, and Security), dan Syaldi Sahude (Co-founder Aliansi Laki-Laki Baru).

Acara ini dibuka dengan keynote speech dari Natalie Firmansyah selaku CFO & VISIBLE Advisor Bukalapak. Dalam sambutannya, Natalie menekankan bahwa upaya mendorong kesetaraan gender merupakan bagian dari ejawantah semangat perayaan kemerdekaan. Meski telah diproklamasikan sejak tahun 1945, banyak masyarakat Indonesia yang belum merdeka dalam mengaktualisasikan diri. Menyambung Natalie, Syarifah Hardani menekankan, konsep gender berbeda dengan jenis kelamin. Gender sejatinya merupakan konstruk sosial dalam masyarakat, sehingga tidak berlaku universal dan dapat dipertukarkan. Sementara jenis kelamin merupakan konstruk biologis yang bersifat universal dan tidak dapat dipertukarkan. Ketidakadilan gender lanjut Syarifah, umumnya terwujud dalam lima bentuk utama, yakni subordinasi, marjinalisasi, kekerasan (baik verbal, emosional, maupun fisik), beban ganda, dan stereotip.

Dalam pemaparannya, Syaldi Sahude mengajak peserta untuk mengenali situasi yang mendorong ketidakadilan gender terjadi. Adanya lingkungan sosial yang didominasi pola pikir patriarki memberi lebih banyak hak istimewa (privilege) bagi laki-laki. Laki-laki dianggap sewajarnya memimpin, tidak layak melakukan pekerjaan domestik, dan acapkali lebih diutamakan dalam dunia pekerjaan. Kondisi ini diperparah dengan sikap permisif masyarakat terhadap laki-laki. Laki-laki yang pulang malam dianggap pekerja keras, sementara perempuan bila pulang malam bisa jadi pembicaraan tetangga.

Meski demikian, Syaldi menekankan, laki-laki tidak selamanya diuntungkan dalam ketidakadilan gender. Stereotip yang menganggap laki-laki harus kuat, tidak patut menangis, dan kehilangan harga diri ketika tidak bekerja atau memilih bekerja dari rumah juga menyulitkan posisi laki-laki di masyarakat. Ketika pandemi misalnya, banyak pekerja laki-laki yang dirumahkan kemudian

 

diremehkan di dunia sosial dan merasa terpuruk dan kehilangan harga dirinya di hadapan keluarga.

Tidak ada solusi tunggal atas situasi ini. Kerja sama berbagai pihak secara sinambung dibutuhkan untuk memperbaiki ketimpangan ini. Untuk itu, Gustika Jusuf-Hatta mengajukan empat kontribusi yang dapat dimulai dari level individu untuk meminimalisasi ketidakadilan gender. Pertama, learn and unlearn. Individu dapat mempelajari lebih jauh seperti apa konsep keadilan gender dan contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus belajar meninggalkan stereotip bahwa perempuan itu lemah, tidak berdaya, dan potensinya lebih kecil dibanding laki-laki, atau bahwa laki-laki tidak boleh menangis dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kedua, individu sebagai satuan terkecil masyarakat bisa mendukung dan mengimplementasikan nilai kesetaraan mulai dari lingkungan terkecil. Ketiga, memberi hak yang sama kepada laki-laki dan perempuan dalam menjalankan peran sosialnya. Dan keempat, mendengarkan perspektif perempuan terutama mereka yang menjadi korban ketidakadilan gender. Alih-alih meremehkan, mengingatkan untuk sabar, atau menyalahkan korban, kesediaan mendengarkan cerita, duduk bersama, dan menemani korban cenderung lebih efektif, relevan, dan dibutuhkan.[]

 

Reporter: Anggun Nadia F.

Editor: A. Kholik

 

Upcoming Event

Kontak

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta Gd. K. Kampus UNJ, Jl. Rawamangun Muka Jakarta Timur

Telp. (021)4890108, 4753655, Fax (021)4753655

Email : HumasKomunikasiDigital@unj.ac.id

Hak Cipta © 2025. Prodi Humas dan Komunikasi Digital – Universitas Negeri Jakarta